Tips Teknik Terapi Autisme
Dalam perkembangannya sejak dibentuk tahun 2011 setiap anggota dan terapis telah memberikan warnanya dalam kanvas besar keberagaman MTHI. Salah satu bentuk kebhinekaan tersebut adalah motivasi bergabung. Ada yang ingin sehat, ada yang penasaran ingin mencoba, ada yang melihat peluang pengembangan diri, beberapa orang memiiki misi untuk menolong keluarga terdekat, dan tentunya banyak motivasi lainnya.
Salah seorang anggota MTHI, Teh Rian Marhamah memiliki ceritanya sendiri dalam memulai latihan yaitu ingin membantu proses pemulihan putranya yang memiliki kebutuhan khusus karena autisme. Pada kesempatan kali ini MTHI akan memberikan tips terapi bagi pasien autis, namun sebelumnya silakan simak artikel mengenai autis berikut [klik] agar kita dapat memiliki gambaran yang lebih proposional sebelum memulai terapi.
Prasyarat Terapi, Apakah Saya Sudah Mampu ?
Setiap terapis akan dihadapkan pada kondisi menghadapi pasien dengan jenis keluhan yang baru. Saat inilah keraguan akan muncul dan jika terapis tidak dapat mengatasinya maka efektifitas terapi akan jeblok ke titik terendah. Terapis harus mampu mengendalikan pola pikirnya dan memandang positif setiap keluhan baru dan berbeda yang dihadapi. Ini adalah kemampuan mahal yang tentunya hanya didapatkan dari praktek langsung dan tidak dapat dipelajari secara teoretis. Namun ijinkan kami membagikan alternatif pola pikir yang dapat membantu terapis menata pola pikirnya.
Kita Sudah Terbiasa
Terapis akan diuji saat ia menemukan kasus baru, terutama saat ia belum memiliki informasi apapun mengenai penyakit tersebut. Ingatlah : bahwa dua orang pasien memiliki keluhan sama (misal kanker) maka penangananya akan berbeda karena faktor pemicu berbeda, psikologis berbeda, pola hidup berbeda, stadium berbeda, dll. Bahkan pasien yang sama di terapi yang satu ke terapi berikutnya pun berbeda.
Jadi terapis sebetulnya SUDAH TERBIASA menghadapi hal berbeda setiap hari. Artinya misalkan kali ini merupakan kali pertama menangani kasus autisme, maka bersikapkah biasa : yakin dan optimis.
Hakikat Terapi = Doa
Tindakan adalah wujud kesungguhan dan bernilai lebih dari ribuan kata. Dengan menerapi atinya kita sudah mendoakan kesembuhan yang tulus bagi pasien dengan kekuatan ribuan ucapan kata. Ingat bahwa sangatlah mungkin bukan energi kita yang membantu pasien menjemput kesembuhan, bisa jadi kesembuhan datang karena kita telah menunjukkan tekad yang kuat dengan menyingkirkan kemalasan, keraguan, kesibukan, dan kelelahan untuk lima menit menerapi.
Persiapan Energi
Walaupun tidak sepenting niat tulus untuk membantu, kapasitas energi dan kemampuan manipulasi energi tetaplah penting. Setiap terapis hendaknya telah melatih diri mampu merasakan putaran energi di telapak tangan dan memiliki kemampuan untuk visualisasi sebagai cara kita memerintahkan energi.
Belum mampu ?
Tingkatkan jam terapi di lokasi baksos dan mulai berlatih secara rutin. Tidak ada shortcut dan cara instana untuk mencapai kemampuan ini.
Tips ?
Berlatih sekitar 10 menit sebelum menerapi akan sangat baik karena membantu terapis untuk memfokuskan pikiran dan memadatkan energi.
#1 Pahami Mengenai Autisme
Langkah penting lainnya sebelum memulai terapi adalah berusaha memahami penyakit dengan membaca referensi dari berbagai sumber terutama referensi medis yang dapat dipertanggung – jawabkan. Karena alasan inilah maka seorang terapis wajib memiliki kemampuan membedakan mana fakta dan hoax. Terapis yang belum mampu memilah informasi akan dengan mudah tergoda menyarankan pasien untuk meminum herbal daun A, menjalani terapi tambahan B, atau tips lain yang belum jelas keabsahannya. Ingat bahwa saran dari terapis akan dianggap SANGAT serius oleh pasien sehingga saat tips tersebut salah maka dapat beresiko fatal bagi pasien.
Kembali pada autisme, saat ini secara medis belum ada penyebab pasti dari autisme, Namun kita dapat menarik benang merah bahwa dalam kasus autisme :
- Yang terpengaruh adalah kimia otak
- Diduga ada hubungan kuat dengan ketidak-seimbangan sistem pencernaan.
- Pasien memerlukan rangsangan / stimulasi dari luar.
Dari sisi energi, jika kita amati sistem energi di area kepala maka akan nampak jalur energi yang “tumpang tindih”, terdapat jalur yang lemah yang berkumpul sehingga berkesan sebagian otak lebih kuat alirannya di bandingkan bagian lainnya.
Ok, sampai tahap ini kita dapat mulai menyusun strategi terapi. Ingat untuk berani mencoba, tidak perlu takut salah karena begitu kita mulai menerapi maka kita akan mendapat umpan balik yang akan kita gunakan untuk mempertajam terapi berikutnya.
#2 Strategi Terapi dan Titik Terapi Utama
Dengan mengetahui poin #1 maka terapis secara naluriah akan menyusun strategi terapi dengan berfokus pada :
- Mengembalikan keseimbangan otak baik itu kelistrikan, hormon, juga jalur – jalur energi
- Meningkatkan fungsi sistem pencernaan
Sehingga titik terapi yang menjadi fokus utama adalah :
- Kepala
- Tulang Punggung
- Rongga Perut
Strateginya adalah membuat putaran energi di titik – titik tersebut.
#3 Eksekusi dan Pengumpulan Intel
Strategi dieksekusi dengan cara :
- Terapi di bagian kepala (otak) dengan membayangkan energi berputar dalam otak dengan arah putaran awal sesuai dengan putaran energi normal pasien. Lakukan ini dengan cara membuat terlebih dahulu putaran energi di telapak tangan kemudian “lekatkan” energi ke otak pasien, teknik ini akan lebih efektif jika terapis memberi jarak antara telapak tangan dan kepala pasien (tidak langsung menempel)
- Terapi pada tulang punggung dengan membuat putaran energi utama di tengah tulang punggung dan putaran -putaran kecil di sepanjang tulang punggung hingga tulang ekor.
- Terapi di rongga perut dengan membuat putaran energi di dalam rongga perut.
- Koneksikan antara tiga putaran energi tersebut, bayangkan ada jalur yang menghubungkan antara kepala tulang punguung, dan perut.
Yang SELALU terapis lakukan :
- Strategi terapi 1 hingga 4 dieksekusi pada dua menit awal terapi, menit selanjutnya adalah fase penguatan dan cek titik – titik terapi bersesuaian.
- Pastikan energi berputar dan padat, niatkan pula melakukan terapi otomatis setap hari pada sebanyak x kali pada pukul y. Sesuaikan variabel x dan y dengan kebutuhan pasien.
- Buat lima putaran energi standar (baca artikel terdahulu)
- Selama terapi rasakan umpan balik baik kepadatan, tingkat kelancaran putaran dan jalur, perkiraan energi yang disalurkan, juga feedback ke tubuh terapis. Ingat – ingat dan catat.
- Meluangkan 5 menit berlatih setelah terapi untuk menormalkan kembali energi.
#4 Analisa Catatan & Terapi Selanjutnya
Pada saat ini kita memiliki catatan mengenai bagaimana “rasa†terapi pasien autisme kita. Seberapa energi yang ia perlukan, seberapa kecepatan putarannya, dan kondisi pra dan pasca terapi. Tentunya kita sudah sangat mengerti bahwa terapi energi merupakan proses. Catatan – catatan inilah yang akan menjadi patokan terapis bagaimana perkembangan pasien. Data ini akan berguna saat kita menerapi pasien untuk kedua kalinya.
” Terapi kedua merupakan sesi terapi yang paling penting “
Karena saat terapi sesi kedua terapis akan mendapatkan informasi pembanding : seberapa sisa energi yang artinya terapis dapat mengukur kemampuan penyerapan energi pasien. Terapis juga akan dapat merasakan perkembangan pasien seperti keseimbangan energi di kepala pasien, kelancaran jalur antar titik. Inilah yang menjadi indikator perkembangan pasien dan menentukan apa yang perlu dilakukan di terapi yang kedua.
Jadi di saat terapi kedua terapis disarankan tidak langsung menerapi namun meluangkan waktu untuk mendeteksi indikator – indikator tersebut, crosscheck pula dengan pasien / keluarga pasien mengenai perubahan kondisi pasien misalkan bagaimana respon terhadap lingkungan, kualitas istirahat, keluhan lain yang muncul, dll.
#5 Konsisten
Dengan melakukan pengulanan langkah #2, #3, dan #4 secara konsisten pada terapi terapi berikutnya maka terapis dapat mendeteksi perubahan positif apa yang telah dicapai oleh pasien.
Catatan terapi inilah yang akan menjadi bekal terapis dalam menghadapi kasus autisme selanjutnya yang tentunya pasti tidak akan sama.
Apa yang terapis bisa lakukan untuk melejitkan dan mengakselerasi kemampuan terapi ? Jawabannya sederhana SHARING dan BERDISKUSI pada orang – orang yang tepat, dari mereka yang juga memiliki pengalaman terapi. Karena disana terdapat serpihan puzzle ilmu yang dititipkan.
Sebagai penutup kami sampaikan sebuah logika sederhana, Al Baqarah ayat 286 :
لَا ÙŠÙكَلّÙÙ٠اللَّه٠نَÙْسًا Ø¥Ùلَّا ÙˆÙسْعَهَا Ûš لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ Û— رَبَّنَا لَا تÙؤَاخÙذْنَا Ø¥Ùنْ نَسÙينَا أَوْ أَخْطَأْنَا Ûš رَبَّنَا وَلَا تَØْمÙلْ عَلَيْنَا Ø¥Ùصْرًا كَمَا Øَمَلْتَه٠عَلَى الَّذÙينَ Ù…Ùنْ قَبْلÙنَا Ûš رَبَّنَا وَلَا تÙØَمّÙلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بÙÙ‡Ù Û– وَاعْÙ٠عَنَّا وَاغْÙÙرْ لَنَا وَارْØَمْنَا Ûš أَنْتَ مَوْلَانَا ÙَانْصÙرْنَا عَلَى الْقَوْم٠الْكَاÙÙرÙينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.â€
Dalam konteks bahasan kita maka pada saat pasien autisme digerakkan hatinya dan dilangkahkan kakinya menghampiri seorang terapis dalam ikhtiarnya menjemput janji kesembuhan. Maka sesungguhnya saat itu Allah swt sedang menguji terapis tersebut. Dan yang terpenting adalah bahwa Allah sedang memberi tahu bahwa terapis tersebut sesungguhnya mampu dan telah siap untuk diberi pengetahuan mengenai terapi autisme.
Karena kemampuan terapi bukan dipelajari lewat halaman website, bukan dibaca di buku, ditonton di youtube, atau dilatih di sesi latihan. Tapi ia diantarkan dalam bentuk pasien, tidak dalam bentuk kado yang cantik tapi dalam bentuk kesulitan dan tantangan.